Waruga mempunyai makna tersendiri bagi seorang Ronny Franky Sompie, pemerhati dan pelaku budaya Minahasa ini. Tak heran ia pernah ditunjuk menjadi Ketua Umum DPP Kerukunan Keluarga Kawanua (KKK) dan berhasil menyatukan dualisme pengurusan organisasi perantauan orang Minahasa tersebut saat terakhir menjadi Ketum DPP KKK.
Saat Ronny Sompie mengunjungi Waruga di Waduk Kuwil, Desa Kuwil, Kecamatan Kalawat, Kabupaten Minahasa Utara pada akhir tahun lalu. Sompie menjelaskan bahwa Waruga bukan hanya sekadar artefak sejarah namun juga merupakan sebuah warisan budaya.
“Apresiasi terhadap kearifan nenek moyang di Minahasa menjadi semakin mengakar, memperkaya pemahaman kita tentang sejarah dan warisan budaya yang patut dijaga dan dihargai,” buka putra daerah Sulawesi Utara ini.
Waruga memiliki kekuatan untuk membuka pintu kebudayaan Minahasa yang mendalam dan memperkaya pemahaman kita tentang sejarah serta warisan budaya yang harus dijaga dan dihargai. “Waruga sebagai representasi kebijaksanaan spritual dan teknis, tidak hanya menjadi artefak batu, melainkan pintu masuk ke alam pikiran dan kebudayaan minahasa yang mendalam,” ucap Jenderal Polisi bintang dua ini.
Di Minahasa Utara, terdapat banyak kuburan peninggalan Tonaas-Tonaas atau sesepuh yang kita sebut Waruga.
Waruga di Minahasa masih terjaga dengan baik dan menjadi warisan budaya yang perlu dipelajari.
“Di sini banyak kuburan peninggalan Tonaas-Tonaas atau sesepuh yang kita katakan Waruga, sehingga kita kalau datang ke sini kita bisa Waruga-waruga atau peninggalan heritage yang masih ada sampai saat ini, kalau ada yang senang dengan sejarah, ini penelusuran kita sejarah Minahasa yang dulu masih terjaga dengan baik sampai sekarang,”jelas Sompie.
Ronny Sompie menelusuri Waruga di Minahasa Utara untuk memperlihatkan betapa pentingnya melestarikan sejarah kita. Salah satu temuan di Waruga adalah pahatan batu yang menyerupai manusia dan memiliki gambar serta pakaiannya.
Pembagian pahatan dan ukiran pada batu ini menjadi salah satu hal penting yang patut dipelajari bersama.
Waruga sebagai representasi kebijaksanaan spiritual dan teknis menjadi pintu masuk ke alam pikiran dan kebudayaan Minahasa yang mendalam. Dalam penulusuran yang dilakukan Sompie, Waruga ditata dengan sedemikian rupa sehingga mempermudah kita dalam mempelajarinya.
Peran kita dalam melestarikan warisan budaya ini adalah dengan terus mempelajari tentang arsitektur, pahatan dan sejarah yang terkandung di dalamnya.
“Yang saya cermati, waruga ini dari batu dengan pahatan yang seperti manusia, ada gambar yang dipahat beserta dengan pakaiannya. Ini sangat bagus kita mempelajari bersama tentang model-model pahatan dan ukiran pada batu ditaruh disetiap waruga,” jelas Jenderal lagi.
Melalui waruga sebagai warisan budaya, kita dapat memahami bahwa melestarikan sejarah bukan hanya menjaga aset fisik semata namun juga budaya dan kebijaksanaan para leluhur kita.
Pentingnya menjaga dan melestarikan sejarah agar kultur bangsa tetap lestari dan dicintai oleh generasi berikutnya.
Felix Tendeken-
Leave a Reply